Sepekan Ramadan Berjalan, Apakah Kita Masih Berlari?
Sepekan sudah Ramadan berjalan, bulan penuh berkah yang sejak awal kedatangannya disambut dengan sukacita. Di hari pertama, semangat kita begitu berkobar, seolah tiada lelah dalam beribadah. Namun, kini kita perlu bertanya kepada diri sendiri: masihkah langkah kita secepat di awal? Ataukah kaki ini mulai melambat, tertahan oleh rutinitas dunia yang kembali menyita perhatian? Jika hati mulai lalai, ingatlah sabda Rasulullah SAW: Barang siapa yang menghidupkan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Sungguh, janji yang seharusnya membuat kita tetap berlari menuju ridha-Nya.
Menghidupkan Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga ritme ibadah agar tak goyah. Awalnya, Al-Qur’an selalu terbuka, shalat tarawih terasa ringan, dan doa-doa terpanjat dengan penuh harap. Namun, setelah beberapa hari berlalu, rasa lelah mulai datang, dan godaan untuk mengendurkan ibadah semakin besar. Inilah ujian sesungguhnya—bukan hanya di awal yang penuh semangat, tetapi juga di pertengahan yang menuntut keteguhan. Jangan sampai Ramadan hanya menjadi momen yang kita jalani, tetapi tidak benar-benar kita hayati.
Para ulama berbeda pendapat mengenai makna menghidupkan Ramadan yang disebut dalam hadis. Sebagian menafsirkannya sebagai shalat tarawih yang didirikan sepanjang bulan, karena itulah ibadah malam yang ditekankan Rasulullah SAW. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa menghidupkan Ramadan memiliki makna yang lebih luas—mencakup tadarus Al-Qur’an, memperbanyak sedekah, beristighfar, dan berbagai bentuk kebaikan lainnya.
#UntukHariEsok, seberapa pun pemahaman yang kita ikuti, satu hal yang pasti: Ramadan bukan hanya tentang awal yang penuh gairah, tetapi juga tentang mempertahankan semangat hingga akhir. Seperti seorang pelari yang ingin mencapai garis finis, kita harus menjaga stamina iman agar tetap kuat hingga malam-malam penuh kemuliaan. Sebab, yang berhak meraih kemenangan bukanlah mereka yang hanya cepat di awal, tetapi mereka yang tetap berlari hingga akhir.
Menjaga ritme ibadah memang tidak mudah. Dunia mulai memanggil, rutinitas kembali mengisi hari, dan rasa lelah mulai terasa. Masihkah langkah kita secepat di awal? Ataukah kaki ini mulai melambat, tertahan oleh rutinitas dunia yang kembali menyita perhatian? Justru di sinilah nilai perjuangan Ramadan. Jika kita mampu bertahan, tetap teguh dalam ibadah, dan terus berlari menuju ampunan-Nya, maka kemenangan sejati telah menanti. Jangan biarkan semangat yang membara di awal perlahan padam. Biarkan Ramadan ini menjadi saksi bahwa kita tetap teguh di jalan-Nya.
Maka, mari kita kuatkan tekad dan perbaiki langkah. Ramadan masih panjang, kesempatan masih terbuka, dan rahmat Allah tak pernah terbatas. Jangan biarkan sepekan berlalu tanpa makna—tetaplah berlari, tetaplah berjuang, hingga tiba hari kemenangan dengan hati yang bersih dan iman yang lebih kokoh dari sebelumnya.
SMKS AL ITTIHAD: BERJIWA SANTRI, BERWAWASAN INDUSTRI💪